Bincang Karya Bersama Seniman : Yula Setyowidi. Dalam Pameran Tunggal Bertajuk : In A Search for Divine Love






Berangkat dari peristiwa di masa lalu, kita tidak menampik bahwa sebuah pengalaman akan berdampak besar bagi kehidupan. Pada akhirnya semua akan diolah menjadi suatu proses penyesalan, pembelajaran, dan inspirasi. Setiap proses tentunya memakan waktu, ada yang sebentar dan ada pula yang lama. Rasa cinta menjadi salah satu hal yang memprakarsai timbulnya sebuah proses dari pengolahan masa lalu masing-masing individu. Tidak mudah untuk menjadikan ketiganya berjalan seimbang, barangkali juga hanya salah satu proses yang jalan.

Dalam pameran Tunggal In A Search for Divine Love karya Seniman Yula Setyowadi ini menghadirkan warna-warna dan figur yang ekspresif dipandang mata. Apakah dalam mengungkapkan cinta harus penuh ekspresivitas? Nampaknya ini baru muncul dari ketiga proses pengolahan masa lalu tadi.

Dalam penuturan Sang Pakar Cinta, begitu kebanyakan orang menyebutnya, menceritakan bagaimana peristiwa di masa lalunya membawa banyak pengaruh bagi karyanya sekarang ini. Dulu, ia hanya dominan dengan hitam dan putih, apa yang ia lukiskan kurang lebih menyiratkan apa yang sedang terjadi pada kehidupannya saat itu.

Cinta memiliki jangkauan yang sangat luas. Cinta kepada keluarga, teman, sahabat, pasangan, dan masih banyak lagi. Cinta yang diungkapkan pada perbincangan dengan Mas Yula ini merupakan kecintaannya dengan Neneknya. Sebuah ikatan antara Nenek dan Cucu dari kecil hingga dewasa ini menyimpan beribu-ribu peristiwa yang menyenangkan hingga mengharukan. Cinta orang tua kepada anaknya dan seorang Nenek kepada cucunya pasti sama besarnya, namun biasanya ditunjukkan dengan cara dan kisah yang berbeda.

Bagi seorang Yula Setyowidi, kehilangan sosok Nenek ada adalah suatu pukulan terberat. Bagaimana bisa, ia yang selalu akrab dan didampingi neneknya kini harus merasakan getirnya kesendirian dan tidak ada lagi tempat menampung perhatian yang selama ini tentu besar ia berikan kepada Nenek. Ia memproses kehilangan dan rasa kesedihannya ini dengan cukup lama, sempat terseok-seok dan memikirkan banyak hal-hal di luar kenormalan. 

Jiwanya sempat hadir di ruang kebingungan, banyak hal yang ia sesali dan tidak berjalan dengan semestinya. Sampai akhirnya ia mulai menyadari untuk harus tetap meneruskan kehidupannya. Dengan sisa-sisa keikhlasan, ia mampu menjalankan ketiga proses mengolah masa lalunya itu. Semua ini bermula daei suatu kejadian di luar nalar yang ia merasa pernah mengalami.

Terlepas dari itu semua, ia mencoba memulai kembali apa yang telah ia bangun sebelum ini. Ia berusaha menghadirkan warna-warna baru dalam hidupnya untuk pelan-pelan mengobati kesedihannya. Dalam lukisan-lukisannya, ia membuat satu figur yang selalu hadir pada pameran tunggal yang berlangsung pada 8 Juli - 12 Agustus 2023 di LAV Gallery ini. Figur ini tidak ia deskripsikan secara jelas, namun bisa jadi laki-laki atau bisa jadi perempuan. Boleh jadi sebagai ciri-ciri wanita idamannya atau gambaran dirinya sendiri.

Sejauh pengamatan saya, warna ungu, hijau, dan oranye fosfor banyak ia tuangkan di kanvas dan mix media miliknya. Tidak hanya dengan cat akrilik, tetapi juga dengan marker dan teknik spray untuk membuat komposisi pada lukisannya terlihat begitu menarik. Ada tiga lukisan Mas Yula yang paling menarik untuk saya, yakni: Hope, Self Love, dan Sweet Dreams. Hope atau harapan ini seperti bunga matahari sebagai cerminan dari kesetiaan, menurut Mas Yula. “Sinar mentari mencerminkan kehangatan dan keceriaan, sementara harapan memantulkan keyakinan tak tergoyahkan dalam masa-masa sulit,” tulis kuratornya. 



(Hope, 2023)

(Self Love, 2023)

(Sweet Dreams, 2023)

Komentar

Postingan Populer